Hidayah Seperti Semut
Bila
mengenang masa lalu yang kelam, rasanya hati ini begitu pilu. Begitu
banyak kesia-siaan yang diperbuat. Dosa dan maksiat kepada Allah pun tak
luput dilakukan. Namun Allah kini menyadarkan, memberikan hidayah-Nya.
Entah apa rencana Allah, namun yang bisa kami ambil hikmahnya adalah
Allah ingin mengajarkan bahwa keburukan yang kami lakukan di masa lalu
pasti akan kembali kepada diri kami sendiri. Selain itu, setiap
keburukan pasti tidak akan ada manfaatnya. Kesenangan melakukan maksiat
pun sifatnya hanya sementara, dan ia akan diikuti ketidaknyamanan bagi
insan yang melakukan keburukan. Karena sungguh Allah akan meletakkan
kegundahan bagi umat-Nya yang melakukan dosa.
Hidayah
memiliki karakteristik yang cukup menarik. Karenanya tidak semua orang
akan mendapat hidayah. Layaknya cerita Abu Thalib dan Salman Al-farisi.
Mengapa Allah lebih memilih Salman daripada Abu Thalib untuk diberikan
kenikmatan iman dan Islam. Padahal Abu Thalib adalah orang yang
perjuangannya paling besar dalam membela nabi SAW dan orang yang paling
dekat dengan beliau. Namun tahukah bahwa perjuangan Abu Thalib dalam
membela Rasulullah SAW tidak lain karena sekedar fanatisme kesukuan.
Sementara Salman Al farisi adalah orang yang tidak pernah mengenal
Rasulullah SAW sama sekali, namun karena perjuangannya untuk mencari
kebenaran, serta pengorbanannya meninggalkan segala sesuatu yang ia
miliki inilah yang membuat Allah mencintai Salman dan memilih ia untuk
berada pada barisan dakwah.
Hikmah
yang bisa kami ambil dari kisah ini adalah betapa pun buruknya
diri-diri kami dimasa lalu, Allah tetap memberikan hidayahnya untuk kami
dan memilih kami dalam barisan ini. Semuanya bisa jadi berasal dari
perbuatan kecil kami yang Allah senangi, bisa jadi pula dampak dari
perjuangan kami untuk mengenal Allah, ataupun bisa jadi melalui doa
orang tua dan doa-doa sahabat-sahabat kami. Karena hidayah tidak datang
dengan sendirinya. Ibarat semut yang tidak akan datang ke sebuah tempat
tanpa ada sesuatu yang menarik perhatian mereka layaknya gula dan
makanan manis lain. Maka mereka yang cerdas dalam hidupnya adalah mereka
yang senantiasa menyiapkan dan menghidangkan gula-gula kehidupan untuk
memanggil semut-semut hidayah.

Komentar
Posting Komentar