Catatan Tentang Hikmah
Catatan Harian:
Minggu, 04 September 2016
Catatan ini dibuat dalam perjalanan ke Sukabumi. Lebih tepatnya menuju SMA N 1 Cibadak. Setelah malam sebelumnya saya dihubungi oleh Kepala Sekolah SMA Darul Quran Bandung dan ditanyakan, apakah bersedia mengajar Ekonomi untuk persiapan OSN. Dengan sedikit pertimbangan, saya pun mengiyakan.
Harusnya, saya telah berangkat bersama tim dari Bandung sejak pukul 05.00 WIB tadi, karena memang telah difasilitasi antar jemput, makan diluar fee, namun karena terlambat, akhirnya saya putuskan untuk menyusul dengan angkutan umum.
Keterlambatan ini bukan tanpa alasan, dikarenakan kelelahan yang amat sangat, akibat semalam pulang dari Ciwidey dalam keadaan hujan, banjir, kedinginan, tanpa jaket sama sekali.
Sampai di Bandung pun sekitar hampir pukul 23.00 WIB dan rasanya ketika bangun tidur, badan remuk dan lelah sekali.
Namun tentu, kewajiban sholat subuh berjamaah di masjid tetap dijalankan.
Dalam perjalanan ini, disebuah bus yang saya tumpangi, rasanya beda dari biasanya, saya terasa mendapatkan hikmah, melalui kejadian-kejadian yang saya amati di bus.
Seperti biasa, ada yang berjualan makanan dengan variasinya, yang entah makanan itu dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Ada pula yang berjualan berbagai jenis barang. Pengemis, baik yang masih sehat, cacat atau faktor usia. Pengamen yang rentang usianya dari anak-anak hingga renta, laki-laki atau perempuan. Hingga berbagai hal yang jujur saja dapat mengacaukan pikiran dan membangkitkan syahwat.
Seperti barusan, seorang wanita muda yang menjadi pengamen berpakaian lumayan seksi, bernyanyi dengan suaranya yang indah disertai sedikit goyangan manja yang tidak bisa dipungkiri akan menggoda setiap mata lelaki yang memandangnya.
Pun saya, bagaimana tidak, sang biduan bernyanyi di depan arah pandangan mata saya, maka wajar saja akan sangat mengambil fokus saya. Namun syukurlah keimanan hari ini mengalahkan syahwat yang bergejolak.
Akhirnya saya putuskan untuk mengalihkan pandangan saya ke jendela bus, melihat pemandangan alam yang indah ciptaan Allah.
Seketika itu juga terbesit dalam hati, "inilah alasan mengapa saya ingin cepat menikah". Mulai membayangkan seorang wanita yang hari ini sedang saya perjuangkan untuk dapat saya halalkan menjadi pendamping hidup dan penenang syahwat saya.
Seorang wanita yang saya yakini akan dapat mendampingi kehidupan saya secara sempurna kelak.
Ia yang telah membuat serta secara tidak langsung menuntut saya untuk bersabar, menantinya, serta mengubah prinsip saya yang awalnya menikah dengan target waktu, menjadi menikah dengan target orang, dan sekali lagi dialah tokoh utamanya.
Saya memutuskan untuk berproses dengannya bukan tanpa alasan atau hanya sekedar nafsu syahwat saja, tidak.
Saya telah mengenalnya, dua tahun lalu, dan mendalami pribadinya beberapa bulan ke belakang, dari sahabat serta orang tuanya. Hingga hari ini juga pesona shalihanya masih membuat kagum diri dan hati saya. Usaha saya mendatangi ayah dan ibunya, mencoba melobby keduanya agar mengizinkan saya untuk dapat menikahi anaknya secepatnya.
Sebenarnya, orang tuanya pun tidak menolak, dan cenderung menerima saya, hanya saja dengan satu syarat, menunggu sampai anaknya lulus kuliah. Itu saja. Sederhana memang, tapi bukan perkara sederhana bagi saya. Namun keyakinan bahwa Allah akan senantiasa memberi yang terbaik bagi diri ini yang selalu menguatkan. Bisa jadi ini ujian yang harus dilewati, atau amanah yang harus diperjuangkan.
Begitulah, banyak hal yang bisa didapatkan ketika kita banyak melakukan perjalanan dan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Melihat manusia dengan ragam aktivitas dan karakternya. Kadang berpikir, alangkah sayangnya manusia, mengorbankan harga diri, mempertaruhkan hidup mati, bahkan yang paling parah, melanggar aturan Allah, hanya untuk sesuap nasi, mencari kenikmatan dunia yang sedikit sekali.
Tapi melalui hal ini, diri pribadi banyak belajar, belajar memahami alasan-alasan mereka, semoga suatu saat bila Allah takdirkan, melalui tangan dan peluh ini, umat ini dapat sejahtera, Islam pun berjaya dengan kejayaannya seperti di masa awal.
Perjalanan hari ini telah membuat saya teringat, membuka satu persatu lembaran hidup yang pernah saya lewati, mencoba menyusun puzzle kehidupan yang telah mengantarkan saya pada kondisi ini, juga dengan kapasitas seperti Holid saat ini.
Bersyukurlah bung! Dan selalu tanamkan mindset, bahwa Allah telah menciptakan kamu, pasti dengan suatu alasan untuk dunia ini.
Bagian dari catatan hidup, yang semoga bisa menginspirasi.
@alholid
Minggu, 04 September 2016
Catatan ini dibuat dalam perjalanan ke Sukabumi. Lebih tepatnya menuju SMA N 1 Cibadak. Setelah malam sebelumnya saya dihubungi oleh Kepala Sekolah SMA Darul Quran Bandung dan ditanyakan, apakah bersedia mengajar Ekonomi untuk persiapan OSN. Dengan sedikit pertimbangan, saya pun mengiyakan.
Harusnya, saya telah berangkat bersama tim dari Bandung sejak pukul 05.00 WIB tadi, karena memang telah difasilitasi antar jemput, makan diluar fee, namun karena terlambat, akhirnya saya putuskan untuk menyusul dengan angkutan umum.
Keterlambatan ini bukan tanpa alasan, dikarenakan kelelahan yang amat sangat, akibat semalam pulang dari Ciwidey dalam keadaan hujan, banjir, kedinginan, tanpa jaket sama sekali.
Sampai di Bandung pun sekitar hampir pukul 23.00 WIB dan rasanya ketika bangun tidur, badan remuk dan lelah sekali.
Namun tentu, kewajiban sholat subuh berjamaah di masjid tetap dijalankan.
Dalam perjalanan ini, disebuah bus yang saya tumpangi, rasanya beda dari biasanya, saya terasa mendapatkan hikmah, melalui kejadian-kejadian yang saya amati di bus.
Seperti biasa, ada yang berjualan makanan dengan variasinya, yang entah makanan itu dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Ada pula yang berjualan berbagai jenis barang. Pengemis, baik yang masih sehat, cacat atau faktor usia. Pengamen yang rentang usianya dari anak-anak hingga renta, laki-laki atau perempuan. Hingga berbagai hal yang jujur saja dapat mengacaukan pikiran dan membangkitkan syahwat.
Seperti barusan, seorang wanita muda yang menjadi pengamen berpakaian lumayan seksi, bernyanyi dengan suaranya yang indah disertai sedikit goyangan manja yang tidak bisa dipungkiri akan menggoda setiap mata lelaki yang memandangnya.
Pun saya, bagaimana tidak, sang biduan bernyanyi di depan arah pandangan mata saya, maka wajar saja akan sangat mengambil fokus saya. Namun syukurlah keimanan hari ini mengalahkan syahwat yang bergejolak.
Akhirnya saya putuskan untuk mengalihkan pandangan saya ke jendela bus, melihat pemandangan alam yang indah ciptaan Allah.
Seketika itu juga terbesit dalam hati, "inilah alasan mengapa saya ingin cepat menikah". Mulai membayangkan seorang wanita yang hari ini sedang saya perjuangkan untuk dapat saya halalkan menjadi pendamping hidup dan penenang syahwat saya.
Seorang wanita yang saya yakini akan dapat mendampingi kehidupan saya secara sempurna kelak.
Ia yang telah membuat serta secara tidak langsung menuntut saya untuk bersabar, menantinya, serta mengubah prinsip saya yang awalnya menikah dengan target waktu, menjadi menikah dengan target orang, dan sekali lagi dialah tokoh utamanya.
Saya memutuskan untuk berproses dengannya bukan tanpa alasan atau hanya sekedar nafsu syahwat saja, tidak.
Saya telah mengenalnya, dua tahun lalu, dan mendalami pribadinya beberapa bulan ke belakang, dari sahabat serta orang tuanya. Hingga hari ini juga pesona shalihanya masih membuat kagum diri dan hati saya. Usaha saya mendatangi ayah dan ibunya, mencoba melobby keduanya agar mengizinkan saya untuk dapat menikahi anaknya secepatnya.
Sebenarnya, orang tuanya pun tidak menolak, dan cenderung menerima saya, hanya saja dengan satu syarat, menunggu sampai anaknya lulus kuliah. Itu saja. Sederhana memang, tapi bukan perkara sederhana bagi saya. Namun keyakinan bahwa Allah akan senantiasa memberi yang terbaik bagi diri ini yang selalu menguatkan. Bisa jadi ini ujian yang harus dilewati, atau amanah yang harus diperjuangkan.
Begitulah, banyak hal yang bisa didapatkan ketika kita banyak melakukan perjalanan dan berinteraksi dengan berbagai macam orang. Melihat manusia dengan ragam aktivitas dan karakternya. Kadang berpikir, alangkah sayangnya manusia, mengorbankan harga diri, mempertaruhkan hidup mati, bahkan yang paling parah, melanggar aturan Allah, hanya untuk sesuap nasi, mencari kenikmatan dunia yang sedikit sekali.
Tapi melalui hal ini, diri pribadi banyak belajar, belajar memahami alasan-alasan mereka, semoga suatu saat bila Allah takdirkan, melalui tangan dan peluh ini, umat ini dapat sejahtera, Islam pun berjaya dengan kejayaannya seperti di masa awal.
Perjalanan hari ini telah membuat saya teringat, membuka satu persatu lembaran hidup yang pernah saya lewati, mencoba menyusun puzzle kehidupan yang telah mengantarkan saya pada kondisi ini, juga dengan kapasitas seperti Holid saat ini.
Bersyukurlah bung! Dan selalu tanamkan mindset, bahwa Allah telah menciptakan kamu, pasti dengan suatu alasan untuk dunia ini.
Bagian dari catatan hidup, yang semoga bisa menginspirasi.
@alholid
Komentar
Posting Komentar