Tulisan Pun Memiliki Ruh

Sejak beberapa bulan ke belakang, saya senantiasa berbahagia dengan hidup ini. Alasannya sederhana, ketika Allah memberi karunia berupa banyaknya nikmat kepada diri ini, maka cukuplah saya memastikan diri menjadi hambaNya yang taat, dan berusaha sekuat tenaga menjauhi maksiat. Sementara bila Allah karuniakan cobaan dan ujian dalam hidup dengan perkara yang secara insaniyah dianggap sebuah keburukan, maka saya pun cukup memastikan dan meyakini bahwa ujian ini bagian dari skenario Allah untuk menggugurkan dosa saya, serta mempersiapkan saya menjadi seorang yang tangguh sekarang juga di masa depan. Insya Allah.

Sebagaimana saya amat sering terinspirasi dari tulisan-tulisan orang lain, maka berbahagia rasanya bila tulisan diri pribadi pun bisa menginspirasi yang lainnya. Kata-kata, meskipun dalam hal ini hanya berbentuk tulisan, punya peran besar dalam mempengaruhi kekuatan jiwa seseorang. Meski pun kita tau bahwa ia hanya terwujud menjadi motivasi temporer, artinya hanya berdampak dalam waktu tertentu.

Kata-kata, ia memiliki ruh, sama halnya dengan manusia. Tentu ruh disini tidak disamakan dengan pengertian ruh yang kita ketahui, tapi hanya berbentuk kiasan. Ruh dari kata-kata akan terbentuk dan masuk ke hati pembacanya, bilamana seorang pengacak kata-kata menulis dengan melibatkan segenap perasaannya. Percaya atau tidak, orang yang menulis dengan rasa sesak dalam dada akibat kesedihan mendalam dari lubuk hatinya, akan menyampaikan pesan serupa yang diterima oleh sang pembaca. Meskipun respon pembaca pun akan berbeda tergantung dari kecenderungan perasaannya saat itu, apakah ia dalam keadaan netral, sehingga pesan penulis akan mudah sampai, atau malah kondisi emosinya melebihi sang penulis, sehingga pesan emosi penulis tidak sampai kepadanya.

Maka tidak heran dalam sebuah pidatonya yang terkenal, Soekarno berkata "bila ingin menjadi orang besar, menulislah seperti wartawan dan berbicaralah seperti orator". Bila kita telusuri lebih jauh, Soekarno pun sesungguhnya menyetujui tulisan saya hari ini. Ia mengatakan dua rumus untuk menjadi orang besar, dan kedua-duanya adalah kata-kata, sekali lagi saya ulangi, kata-kata.

Kemudian, teringat sebuah nasehat dari Ustadz Roni Abdul Fatah, dalam majelis halaqohnya ketika itu, bersama kawan-kawan Pemuda Al Fatih. Beliau menyampaikan, apabila kita memiliki karya besar, maka Allah pasti akan memuliakan kita dan keturunan kita kelak. Sebagaimana yang kita kenal, Aa Gym, beliau hari ini telah membuat karya besar dengan lahirnya Daarut Tauhiid, hari ini pula Allah muliakan beliau. Bukannya hanya itu, kita pun ketika mendengar, "itu anak Aa Gym", pasti akan cenderung segan dan menghormati. Begitulah, hakikatnya Allah yang akan mengangkat derajat mereka yang punya karya di dunia juga akhirat.

Oleh karenanya, sehebat apapun seseorang hari ini, tanpa retorika yang baik dalam berbicara, atau tanpa karya berupa tulisan, ia hanya menjadi bangkai yang lama-kelamaan hilang dimakan waktu. Namun bila ia memiliki karya dengan tulisan setidaknya, maka meskipun ia telah menjadi bangkai, ia akan tetap awet sebagaimana fosil. Karyalah yang membungkus bangkainya menjadi fosil yang berharga.

Menulislah kawan, meskipun dengannya banyak waktumu terbuang. Percayalah, selama tulisan kita dimaksudkan untuk kebaikan, Allah akan tetap mencatatnya sebagai amal shalih.
Dan tahukah dirimu kawan, tulisan ini pun dibuat sesungguhnya untuk mengingatkan dan menyemangati diri pribadi yang masih tertawan oleh rasa malas menyisihkan waktu untuk menulis.

Sejujurnya, motivasi saya pribadi seringkali didapat ketika membaca ulang tulisan-tulisan yang pernah saya buat sendiri. Karena berulang kali saya tegaskan, bahwa dengan membaca tulisan-tulisan itu, saya merasakan perasaan, semangat, perjuangan, serta emosi terdalam ketika tulisan itu saya buat. Dan ia telah menularkan energi luarbiasa untuk kehidupan saya saat ini dan masa depan kelak, Insya Allah.

Tulisan sederhana tentang tulisan yang semoga bisa menginspirasi.
Ditulis dalam perjalanan pulang ke Bandung, dari Sukabumi.
Minggu, 16 Oktober 2016

@alholid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jati Diri Mahasiswa

Aku dan Organisasiku

Tidak Ada Parsialisasi dalam Hukum Islam