Ayat-Ayat Hijrah


[Cerpen] Kisah bermulanya perjalanan hijrah ini

Tidak terasa besok adalah hari wisuda bersama dengan para penghafal Al quran. Kenikmatan tertinggi bisa jadi keluarga Allah dibumi ini, bisa ikut andil menegakkan firman firmannya. Aku bukanlah dari keluarga huffaz. Bahkan dulu aku adalah seorang remaja yang nakal dan membangkang, tapi hidayah Allah menghantarku sampai disini. Perjalananku sampai disini sangatlah panjang dan tidak mudah. Semoga kisah hijrah yang aku bagi bisa memberi manfaat dan pelajaran. 

Telah aku sampaikan diatas seperti apa aku dahulu masih dalam masa jahiliyah, selalu pergi pagi dan pulang larut malam, perkataan orang tua tidak satupun aku indahkan. Sampai peristiwa malam itu, aku pulang sekitar pukul 2 pagi setelah bermain bersama teman teman. Aku melihat pintu kamar ibu agak terbuka, sehingga aku bisa melihatnya didalam. Aku melihat ibu sedang membaca Al Quran sambil menangis dan mengulang ayat yang sama. entah kenapa hatiku ikut terhanyut dalam tangisannya. “Fabiayyi alaa’i robbikuma tukadzibaan…. fabiayyi alaa’i robbikuma tukadzibaan” ayat itu terngingang dalam fikiranku. Karena lelah yang sangat, aku langsung merebahkan badanku dikamar.
Tiba-tiba ada seseorang yang membawakan kain putih, lalu memakaikannya padaku. aneh, aku tidak bisa berontak bahkan untuk bergerakpun aku tidak mampu. Langit-langit kamarku menjadi gelap, sempit dan tiba tiba dinding-dindingnya  menghimpitku sampai aku bisa mendengar tulang-tulangku yang bergesekan, ya Rabbi sakit sekali rasanya. Baru kali ini aku menyebut namaNya. Akupun menangis sejadi-jadinya tapi apa daya tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkanku dari tempat ini. Aku bertanya tanya, Ya Allah ada apa ini?

Aku berusaha memanggil ibu, tapi hanya isakan tangisan ibu yang sedang membaca ayat tadi yang aku dengar, semakin lama suara ibu semakin menyayat hatiku. dinding itu tidak hanya mneghimpitku tapi juga mengeluarkan api. Aku masih tidak bisa begerak, hatiku menjerit. “Ya Allah panas sekali…, sakit sekali ya Allah.” Semakin lama dinding itu menghimpit lebih keras dan mengeluarkan api yang semakin panas. Karena sakit yang sangat, sampai  aku tidak sadarkan diri dan akhirnya terbangun dengan peluh, jantungku berdegup kencang dan akupun menangis sejadi-jadinya, masya Allah ternyata aku bermimpi.

Aku langsung mencari ibu dan mendapatinya sedang bercengkrama dengan Allah dalam sujudnya. Aku tunggu sampai sholat ibu selesai. Ternyata ibu menyadari kehadiranku, ia langsung membuka lebar tangannya mempersilahkan untuk merangkulku. Ibu seperti sudah tahu apa yang sedang aku alami, dan ia hanya mengucapkan kalimat tasbih. Akupun menangis seperti anak kecil dalam pelukan ibu, aku meminta maaf kepada ibu dan ibu menjawab dengan senyumannya. Ternyata malam itu doa panjang ibu telah dikabulkan. aku bertanya kepada ibu tentang ayat yang beliau baca. setelah mendengar penjelasannya, hatiku menjadi yakin dan berkeinginan untuk menjadi penghafal dan memahami Al quran. “Jika niatmu karena Allah dan Rosulnya maka hijrahmu akan diterima.” kata ibuku. Qodarullah, sampai akhirnya aku bisa berdiri disini bersama para keluarga Allah yang lain. Aku liat di kejauhan para hadirin, ada ibuku yang sedang menangis bahagia, melihat anak yang dulu selalu menyakiti hatinya kini insya Allah bisa memberikan mahkota kemuliaan diakhirat nanti. Ibu maafkan aku yang dulu, yang sering membuat hatimu perih. Ibu hari ini aku hadiahkan wisudaku untukmu, semoga ini bisa menjadi obat atasmu yang pernah aku buat dan bisa membuatmu bangga. 

Tidak lama setelah hari wisudaku, ibu menyusul ayah kembali kepada Tuhannya. Sebelum kepergiannya ibu berpesan kepadaku untuk selalu istiqomah menjaga Al Quran dan hidup dengan Al Quran. ibu terimakasih atas doa doa ibu untukku dan ayat ayat Al quran yang ibu baca menjadi jalan hijrah ku hingga bisa menjadi sekarang. setelah menghantar ibu kekuburnya, aku masuk kekamar ibu dan melihat Al-quran yang biasa ibu baca berada disamping tempat tidurnya. aku cium mushaf itu, tak terasa air mata menetes dari ujung mataku. Aku buka lembar demi lembarnya, dan memperhatikan surat yang diselipkan fotoku. Aku teringat dengan peristiwa malam itu, akupun menangis sejadi jadinya saat itu. Suara ibu saat membacakan ayat itu seakan diputar kembali memenuhi kamar ini, “fabiayyi alaa’i robbikuma tukadzibaan.” ya… ayat yang terdapat dalam surat Ar-Rahman, ayat yang mengantarkanku menjadi manusia yang berhijrah. subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil ‘adziim.

_______________________
Ditulis oleh: -AFM-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jati Diri Mahasiswa

Aku dan Organisasiku

Tidak Ada Parsialisasi dalam Hukum Islam